Menulis Sejarah, Menafsirkan Kuasa
Menulis Sejarah, Menafsirkan Kuasa Oleh: Fharel Musyaffa Adina Mahasiswa Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Padang (UNP) > “Sejarah ditulis oleh para pemenang” kutipan klasik ini tak lekang oleh waktu. Namun, dalam era demokratis, benarkah kita masih terus membiarkan satu versi kebenaran mendominasi narasi bangsa? Penulisan sejarah bukanlah reproduksi masa lalu secara netral. Ia adalah proses penafsiran. Kepenulisan sejarah selalu melibatkan pemilihan sumber, sudut pandang, dan tujuan politik. Maka, memahami sejarah tidak cukup hanya dengan membaca “apa yang terjadi”, melainkan juga mempertanyakan bagaimana dan oleh siapa sejarah itu ditulis. Kesadaran ini disebut berpikir historiografis kesadaran bahwa sejarah adalah konstruksi, bukan cermin realitas yang objektif. Sayangnya, dalam praktik pendidikan maupun penulisan sejarah di Indonesia, kesadaran ini masih sangat terbatas. Narasi Resmi dan Ruang yang Hilang Buku pelajaran sejarah di sekolah masih sarat dengan narasi tunggal. ...